Nama : Deni Prasetyo
NPM : 19210015
Kelas : 4EA21
NPM : 19210015
Kelas : 4EA21
BAB I
TEORITIKA ETIKA BISNIS
1. Teori Pengertian Etika
Secara etimologis, etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmutentang adat kebiasaan (K. Bertens). Dalam Kamus besar
Bahasa Indonesia, berarti : nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat. Menurut Maryanti & Ludigdo, etika adalah :
Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harusditinggalkan yang di anut oleh sekelompok
atau segolongan masyarakat atau profesi.
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos (ta etha) yang berarti “adat
istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat atau
kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara
hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang di anut dan
di wariskan dari satu orang ke orang lain.
a. Norma Umum
Terbagi
menjadi 3 yaitu :
·
Norma Sopan Santun
·
Norma
Hukum
·
Norma Moral
b. Teori Etika Dentologi
Dentologi berasal dari bahasa Yunani deon, yang berarti kewajiban.
Karena itu, etika dentologi menekankan kewajiban manusia untuk bersikap secara
baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat
atau tujuan baik dar tindakkan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri
sebagai baik pada dirinya sendiri. Dengan kata lain tindakan itu bernilai moral
karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus
dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.
c. Teori Etika Teleologi
Etika Telelogi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang dicapai dengantindakan itu, atau berdasrkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu
yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna.
2. Bisnis Sebuah Profesi Etis
a.
Etika terapan
Memiliki ruang lingkup yang luas, karena hampir setiap bidang kehidupan
dan kegiatan manusia dapat mempunyai
etika khusus atau etika terapannya sendiri-sendiri. Etika khusus lalu dibagi
lagi menjadi tiga, yaitu etika individual, etika sosial, dan etika lingkungan
hidup
b.
Etika Profesi
Profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah
hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan
melibatkan komitmen pribadi yang mendalam. Dengan demikian orang professional
adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian dan keterampilang yang tinggi serta
mempunyai komotmen pribadi yang mendalam atas pekerjaan itu. Pekerjaannya
membentuk identitas dan kematangan dirinya, dank arena itu dirinya berkembang
bersama dengan perkembangan dan kemajuan pekerjaannya itu.
c.
Menuju Bisnis Sebagai Etika yang Luhur
Bisnis adalah kegiatan seseorang yang dilakukan untuk mencari , keuntungan upaya untuk membangun bisnis
sebagai profesi yang luhur adalah dengan membentuk, mendukung dan memperkuat
organisasi profesi.Melalui organisasi profesi tersebut bisnis bisa dikembangkan
sebagai sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya sebagaimana dibahas
disini, kalau bukan menjadi profesi luhur.
BAB II
BISNIS DAN ETIKA
1.
Mitos Bisnis
Amoral
Mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis
dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak punya
sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang
terpisah satu sama lain. Etika justru bertenatangan dengan bisnis yang ketat,
maka orang bisnis tiak perlu memperhatikan imbauan-imbauan, norma-norma dan
nilai-nilai moral.
2.
Keutamaan
Etika Bisnis
·
Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut
untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul
bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang baik
akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
·
Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat,maka
konsumen benar-benar raja Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan
citra bisnis yang baik dan etis.
·
Dalam sistem pasar terbuka dengan peran
pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan
harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis
3.
Sasaran dan
Lingkup Etika Bisnis
·
Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku
bisnis agar menjalankan bisnisnya secara baik dan etis
·
Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen,
buruh atau karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga
·
Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem
ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis
4.
Prinsip-prinsip
Etika Bisnis
·
Prinsip otonomi
Otonomi adalah
sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
·
Prinsip Kejujuran
a)
Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan
kontrak
b)
Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu
dan harga sebanding
c)
Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan
·
Prinsip Keadilan
Prinsip
keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat
dipertanggung jawabkan
5.
Etos Kerja
Etos Kerja
sebenarnya istilah populer untuk “selera bekerja” yang terdiri dari :
·
Semangat (spirit)
·
Self esteem (harga diri)
·
Trust (keyakinan)
Beberapa
prinsip etos kerja :
·
Kerja
adalah Rahmat
·
Kerja
adalah Amanah
·
Kerja
adalah Panggilan
·
Kerja
adalah Aktualisasi
·
Kerja adalah
Ibadah
·
Kerja
adalah Seni
·
Kerja
adalah Kehormatan
·
Kerja
adalah Pelayanan
6.
Realisasi
Moral Bisnis
Etika merupakan ilmu tentang norma-norma, nilai-nilai dan ajaran moral,
sedangkan moral adalah rumusan sistematik terhadap anggapan-anggapan tentang apa
yang bernilai serta kewajiban-kewajiban manusia. Moral (Bahasa Latin Moralitas)
adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang memiliki nilai positif.
7.
Pendekatan-pendekatan
Stockholder
Perusahaan berdiri dan berkembang dalam masyarakat tentunya tidak hanya
mulus dan tanpa adanya masalah dalam keseharian berjalannya perusahaan.
Terkadang timbul tekanan tekanan baik dari luar perusahaan ataupun dari dalam
perusahaan. Tekanan ini sifatnya tidak selalu buruk, terkadang tekanan justru
memberikan peluang bagi perusahaan untuk terus berkembang dan membesarkan
perusahaan.
Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relations
“Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa
berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis
manajemen yang lain menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai
kelompok penekan (pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan”.
Bab III
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
1.
Kriteria dan
Prinsip Etika Utilitarianisme
Aliran utilitarianisme ini berakar pada ajaran tentang kegunaan atau
utility, yang menyatakan, bahwa : baik atau buruk sebuah tindakan diukur dari
apakah tindakan itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang
terbanyak, dengan pengorbanan yang paling sedikit.
Istilah utilitarianisme sebagai suatu nama aliran yang berasal dari
kata latin utilis yang berarti berguna. Aliran utilitarianisme ini terbagi
antara lain aliran act utilitarianism serta rule utilirianism yang sering
diterjemahkan sebagai ‘Utilitarianisme tindakan” dan ‘Utilitarianisme
peraturan’
Tokoh dari aliran utulitarianesme adalah John Stuart Mill (1806-1973),
seorang pengikut sekaligus pewaris yang meneruskan pemikiran Bentham. Tema
sentral dari pemikiran Mill ialah, bahwa tugas utama seseorang adalah untuk
tidak menimbulkan derita bagi sesama manusia.
Mill menyatakan, bahwa akumulasi asset perlu diikuti oleh distribusi
asset pula demi kebaikan masyarakat. Jika diperlukan, distribusi asset dapat
dipaksakan oleh masyarakat melalui penggunaan pajak, atau penyitaan asset
sekalipun. Hanya Mill tidak menerangkan hubungan antara distribusi dengan
produksi, khususnya alat-alat produksi, yang kemudian dikembangkan oleh Karl
Marx. Terlepas dari kekurangan ataupun kekeliruannya, Mill merupakan pemikir
yang secara tegas meghubungkan (dalam Principles) utilitarianisme.
Apabila aliran utilitarianisme hedonis menitikberatkan ajaran mereka
pada kesenangan dan kebahagian perorangan sebagai tolak ukur, maka aliran
utilitarianesme Bentham, Mill dan kemudian Henry Sidgwick (1838-1900),
menggeluti pemikiran mereka tentang Kebahagian individu?. Mereka berpendapat
bahwa merupakan tugas individu, atau perorangan, untuk meningkatkan kebahagian
masyarakat secara universal, bukan hanya kebahagian perorangan saja.
Prinsip utilitarianisme pun dapat menjelaskan mengapa perbuatan seperti
membunuh, berdusta, selingkuh dianggap secara moral adalah salah, sedang
beberapa tindakan lain seperti berterus-terang, kesetiaan, tepat janji
merupakan hal-hal yang benar. Jika orang berdusta ia merugikan masyarakat
karena menebarkan rasa saling tidak percaya diantara masyarakat sedangkan jika
ia berbuat benar maka terciptalah iklim saling percaya, saling membantu yang
mampu memperbaiki kualitas hidup manusia dalam sebuah masyarakat yang tertib
serta rapih.
Utilitarianisme sangat berperan dalam Ilmu ekonomi dan bisnis, sejak
awal abad ke XIX, banyak pakar ekonomi berpendapat perilaku ekonomi dapat
dijelaskan melalui asumsi, bahwa manusia senantiasa berusaha untuk
memaksimalkan manfaat dirinya sendiri maupun kinerjanya, sedangkan nilai
manfaat diukur dari harga yang diperoleh.
Prinsip Utilitarianisme juga sangat cocok dengan konsep yang sering
terjadi dalam tujuan bisnis yaitu efisiensi. Efisiensi terjadi jika
maksimalisasi produksi dapat dicapai lewat pemanfaatan sumber daya yang ada
tanpa memerlukan penambahan asset apapun. Kegiatan dinilai efisien apabila
hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan dengan mengunakan sumber daya
yang ada seminimal mungkin. Dengan menggunakan semboyan kelompok
utilitarianisme, efisiensi merupakan hasil berupa manfaat (benefit) yang
sebesar-besarnya dengan menggunakan cost yang serendah-rendahannya, seperti
yang dijabarkan oleh ilmu ekonomi secara umum.
2.
Nilai
Positif Etika Utilitarianisme
Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang
menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau
kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin
orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan
utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas.
Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’. Nilai Positif Etika
Utilitarianisme antara lain :
·
Rasionalitas.
Prinsip moral
yang diajukan etika utilitarianisme tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku
yang tidak dipahami atau tidak diketahui keabsahannya. Etika utilitarianisme memberikan
kriteria yang objektif dan rasional.
·
Utilitarianisme
Sangat
menghargai kebebasan setiap pelaku moral.
Tidak ada
paksaan bahwa orang harus bertindak dengan cara tertentu yang tidak diketahui
alasannya.
·
Universalitas.
Mengutamakan
manfaat atau akibat dari suatu tindakan bagi banyak orang. Suatu tindakan
dinilai bermoral apabila tindakan tersebut memberi manfaat terbesar bagi banyak
orang.
3.
Utilitarianisme
Sebagai Proses dan standar Penilaian
Sebuah penilaian mengenai kesejahteraan manusia, atau utiliti, dan sebuah
petunjuk untuk memaksimalkan kesejahteraan (utiliti), yang didefinisikan
sebagai, memberikan bobot yang sama pada kesejahteraan orang per-orang.
4.
Analisa
Keuntungan dan Kerugian
Utilitarianisme mengatakan bahwa tindakan yang benar adalah yang
memaksimalkan utiliti, yaitu memuaskan preferensi yang berpengetahuan sebanyak
mungkin.
Dalam pandangan kaum utilitarian-aturan, perilaku tak adil dalam
mendeskriminasi kelompok-kelompok minoritas menyebabkan meningkatnya ketakutan
pihak lain dengan mengalami aturan yang mengijinkan diskriminasi.
Keuntungan dan kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak
dipusatkan pada keuntungan dan kerugian perusahaan. Analisis keuntungan dan
kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang dan untuk jangka panjang.
5.
Kelemahan
Etika Utilitarianisme
· Manfaat merupakan konsep yang begitu luas
sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
· Tidak pernah menganggap serius nilai suatu
tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan
sejauh berkaitan dengan akibatnya.
·
Tidak pernah menganggap serius kemauan baik
seseorang
·
Variabel yang dinilai tidak semuanya dapat
dikualifikasi.
·
Seandainya ketiga kriteria dari etika
utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan
prioritas di antara ketiganya.
Sumber :
http://yuumenulis.wordpress.com/2012/11/07/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis/
http://srisulistyawati.blogspot.com/2012/10/bab-1-teoritika-etika-bisnis.html
http://pemahamanetika1.blogspot.com/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://afriwansinaga.blogspot.com/2012/11/pendahuluan-teoritika-etika-bisnis.html
http://yantifitriyani.blogspot.com/2013/10/pendahuluan-teoritika-etika-bisnis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar